Definisi Kepemimpinan
Garry Yukl (1994:2) menyimpulkan definisi yang mewakilitentang kepemimpinan antara lain sebagai berikut :
• Kepemimpinan adalah prilaku dari seorang individu yangmemimpin aktifitas-aktifitas suatu kelompok kesuatu tujuanyang ingin dicapai bersama (share goal) (Hemhill& Coons,1957:7)
• Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yangdijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkanmelalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu ataubeberapa tujuan tertentu (Tannenbaum, Weschler &Massarik, 1961:24)
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandungpengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dariseorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannyadalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanyamembentuk suatu pola atau bentuk tertentu.
Davis dan Newstrom (1995) menyatakan bahwa polatindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yangdipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenalsebagai gaya kepemimpinan.
Tiga Aliran Teoritentang Gaya Kepemimpinan
1) Teori Genetis (Keturunan)
2) Teori Sosial
3) Teori Ekologis
Genetis (Keturunan)
Inti dari teori menyatakan bahwa “Leader are bornand nor made” (pemimpin itu dilahirkan (bakat)
bukannya dibuat).Seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena iatelah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalamkeadaan yang bagaimanapun seseorangditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadipemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagaipemimpin.
Sosiologis
Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “Leader aremade and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati).Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teorigenetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapatyang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikandan pengalaman yang cukup.
Ekologis
Teori ekologis ini pada intinya berarti bahwaseseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakatkepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melaluipendidikan yang teratur dan pengalaman yangmemungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut.Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari keduateori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakanteori yang paling mendekati kebenaran.
Tipe & Gaya Kepemimpinan
1) Otorite/Authoritarian
2) Militeristik
3) Paternalistis
4) Demokratis
5) Kharismatis
Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yangmemusatkan segala keputusan dankebijakan yang diambil daridirinya sendiri secara penuh.Segala pembagian tugas dantanggung jawab dipegang oleh sipemimpin yang otoriter tersebut,sedangkan para bawahan hanyamelaksanakan tugas yang telahdiberikan.
Militeristik
• Seorang pemimpin yang bertipe militeristisialah seorang pemimpin yang memilikisifat-sifat berikut : Dalam menggerakanbawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan;
• Dalam menggerakkanbawahan senang bergantung kepadapangkat dan jabatannya;
• Senang padaformalitas yang berlebih-lebihan;
• Menuntutdisiplin yang tinggi dan kaku daribawahan;
• Sukar menerima kritikan daribawahannya;
• Menggemari upacaraupacarauntuk berbagai keadaan.
Paternalistik
Seorang pemimpin yang tergolong sebagaipemimpin yang paternalistis ialah seorangyang memiliki ciri sebagai berikut :
• menganggap bawahannya sebagai manusiayang tidak dewasa;
• bersikap terlalumelindungi (overly protective);
• jarangmemberikan kesempatan kepadabawahannya untuk mengambil keputusan;
• jarang memberikan kesempatan kepadabawahannya untuk mengambil inisiatif;
• jarang memberikan kesempatan kepadabawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya;
• dan sering bersikapmaha tahu.
Kharismatik
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasilmenemukan sebab-sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwapemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yangamat besar dan karenanya pada umumnyamempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangatbesar, meskipun para pengikut itu sering pula tidakdapat menjelaskan mengapa mereka menjadipengikut pemimpin itu.Karena kurangnya pengetahuan tentang sebabmusabab seseorang menjadi pemimpin yangkarismatik, maka sering hanya dikatakan bahwapemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatangaib (supra natural powers). Kekayaan, umur,kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagaikriteria untuk karisma.
Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpinyang memberikan wewenang secara luas kepada parabawahan. Setiap ada permasalahan selalumengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh.Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpinmemberikan banyak informasi tentang tugas sertatanggung jawab para bawahannya.
• Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik daribawahannya;
• selalu berusaha mengutamakan kerjasamadan teamwork dalam usaha mencapai tujuan;
• Ikhlasmemberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepadabawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudiandiperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahanyang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahanyang lain;
• selalu berusaha untuk menjadikan bawahannyalebih sukses daripadanya;
• dan berusaha mengembangkankapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Kontingensional
Model kepemimpinankontingensi dikembang-kan oleh Fielder. Fielder dalamGibson, Ivancevich dan Donnelly (1995) berpendapat bahwagaya kepemimpinan yang paling sesuai bagi sebuahorganisasi bergantung pada situasi di mana pemimpinbekerja.
• Menurut model kepemimpinan ini, terdapat tiga variabelutama yang cenderung menentukan apakah situasimenguntukang bagi pemimpin atau tidak. Ketiga variabelutama tersebut adalah : hubungan pribadi pemimpin denganpara anggota kelompok (hubungan pemimpin-anggota);
• kadar struktur tugas yang ditugaskan kepada kelompokuntuk dilaksanakan (struktur tugas);
• dan kekuasaan dankewenangan posisi yang dimiliki (kuasa posisi).
Berdasar ketiga variabel utama tersebut, Fiedlermenyimpulkan bahwa : para pemimpin yang berorientasipada tugas cenderung berprestasi terbaik dalam situasikelompok yang sangat menguntungkan maupun tidakmenguntungkan sekalipun; para pemimpin yang berorientasipada hubungan cenderung berprestasi terbaik dalam situasisituasiyang cukup menguntungkan.
Kompetensi Kepemimpinan
Suatu persyaratan penting bagi efektivitas ataukesuksesan pemimpin (kepemimpinan) dan manajer (manajemen) dalam mengemban peran, tugas, fungsi,atau pun tanggung jawabnya masing-masing adalahkompetensi. Konsep mengenai kompetensi untuk pertama kalinya dipopulerkan oleh Boyatzis (1982) yang didefinisikankompetensi sebagai “kemampuan yang dimilikiseseorang yang nampak pada sikapnya yang sesuaidengan kebutuhan kerja dalam parameter lingkunganorganisasi dan memberikan hasil yang diinginkan”.
FAKTOR INTERNAL Yang Perlu Diperhatikan Oleh Manajer
Dibidang Sumber Daya Manusia
Recruitment & Selection
Training & Developtment
Kompensasi & Karier
Kepemimpinan & Manajemen Konflik
Dibidang Akuntansi & Keuangan
Sources Of Funds (Debt, Bond & Share)
Uses Of Funds (Working Capital, Direct Investment, Indirect Investment)
Pencatatan & Pembukuan Keuangan
Cash Flow & Budgeting
TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA MANAJERIAL
Pandangan klasik : tanggung jawab sosial adalah bahwa tanggung jawab sosial manajemen hanyalah memaksimalkan laba (profit oriented)
Pandangan sosial ekonomi : bahwa tanggung jawab sosial manajemen bukan sekedar menghasilkan laba, tetapi juga mencakup melindungi dan meningkatkan kesejahteraan sosial
Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) : kewajiban perusahaan bisnis di luar yang dituntut oleh hukum dan pertimbangan ekonomi, untuk mengejar berbagai sasaran jangka panjang yang baik bagi masyarakat
ETIKA MANAJERIAL
Etika manajerial adalah peraturan dan prinsip yang mendefinisikan tindakan benar dan salah
Empat pandangan tentang etika :
1. Pandangan etika utilitarian(utilitarian view of ethics)
keputusan etika dibuat semata-mata berdasarkan hasil atau akibat keputusan itu
2. Pandangan etika hak ( rights view of ethics)
peduli terhadap penghormatan dan perlindungan hak kebebasan pribadi individu
3. Pandangan etika teori keadilan (theory of justice view of ethics)
para manajer memaksakan dan mendorong peraturan secara adil dan tidak memihak dari tindakan itu dilakukan dengan mengikuti seluruh peraturan dan perundang-undangan di bidang hukum
4. Pandangan etika teori kontrak sosial terpadu (integrative social contracts theory)
keputusan atau etika harus didasarkan pada sejumlah faktor empiris (apa yang ada) dan faktor normatis (apa yang seharusnya)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ETIKA MANAJEMEN
Prinsip-Prinsip Etika Bisnis
• Prinsip otonomi; adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
• Prinsip kejujuran. Suatu bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
• Prinsip keadilan; menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
• Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle) ; menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
• Prinsip integritas moral; terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan/orang2nya maupun perusahaannya.
Bagaimana Penerapan Etika Bisnis di Indonesia?!
Di Indonesia tampaknya masalah penerapan etika perusahaan yang lebih intensif masih belum dilakukan dan digerakan secara nyata.
Pada umumnya baru sampai tahap pernyataan-pernyataan atau sekedar “lips-service” belaka. Karena memang enforcement dari pemerintah pun belum tampak secara jelas.
Tanggung jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)
Tanggung jawab sosial dan keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial merupakan suatu nilai yang sangat positif bagi perkembangan dan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang.
Keterlibatan sosial perusahaan di masyarakat akan menciptakan suatu citra yang sangat positif. Biaya sosial yang dikeluarkan dianggap sebagai investasi jangka panjang.
Corporate Action dalam CSR
Menjaga kelestarian lingkungan, perbaikan prasarana umum (jalan, jembatan, fasos, dll), penyuluhan, pelatihan ketrampilan, dan perbaikan kesehatan lingkungan.
Aktifitas CSR memerlukan biaya yang signifikan, namun secara jangka panjang sangat menguntungkan perusahaan, karena kegiatan tersebut menciptakan iklim sosial politik yang kondusif bagi kelangsungan bisnis perusahaan tersebut.
Mengapa CSR Penting ?!
• Karena untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh.
• Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekwen.
• Dalam situasi yang semakin mengglobal, ada saling ketergantungan yang kuat antara perusahaan sebagai produsen dengan masyarakat luas (sebagai konsumen).
• Perusahaan sebaiknya tidak lagi bersikap tertutup atau tidak mau melakukan kegiatan yang sifatnya sosial kemasyarakatan melalui program CSR.
• Perusahaan yang tidak memperhatikan hal-hal semacam ini, cepat atau lambat akan semakin ditinggalkan oleh pelanggannya.
Seperti contoh pada gambar, halaman pertama pada setiap bab akan berbeda posisinya dengan halaman-halaman yang lain. Biasanya untuk pengaturan seperti ini, ada yang memisahkan setiap bab dalam dokumen yang berbeda. Tetapi dengan penggunaan section break maka kita dapat menggabungkan beberapa bab dalam dokumen yang sama.
1. Klik pada header/footer untuk memunculkan Header & Footer Tools.
2. Pada Design tab, grup Options, centang kotak Different First Page.
3. Pada halaman pertama, buat nomor halaman seperti contoh pada gambar.
4. Kemudian pindah ke halaman kedua, dan beri nomor halaman di kanan atas.
5. Selanjutnya kita akan membuat section baru untuk memisahkan antar bab.
6. Taruh kursor di bagian yang ingin dibuat section baru (contoh pada gambar: di tulisan Chapter 2).
7. Pada Page Layout tab, Page Setup, klik Breaks.
8. Dalam grup Section Breaks, pilih jenis break Next Page. Sekarang lihat format nomor halaman pada section 2 akan sama dengan section 1.
9. Selanjutnya bila kita ingin menambahkan bab baru, ikuti langkah 6-8.
Pemahaman tentang bisnis yang berbasis teknologi informasi :
Istilah informasi di sini digunakan dalam arti luas. Pada dasarnya, segala hal yang bisa di-digital-kan (diubah menjadi kode-kode elektronis), adalah informasi. Skor pertandingan bola, isi buku, majalah, film, musik, data keuangan, dan halaman web, semua merupakan barang informasi (information goods).
Beberapa informasi memiliki nilai hiburan, sejumlah informasi lain punya nilai bisnis, bahkan nilai romantis (surat dari pacar Anda, misalnya). Namun, apapun sumber nilai itu, yang penting adalah orang bersedia membayar untuk memperoleh informasi. Ekonomi informasi itu menyangkut informasi dan teknologi yang berhubungan dengannya. Yang menjadi persoalan sekarang bukanlah akses terhadap informasi, tetapi justru banjir informasi yang berlimpah (overload).
Konsep-konsep Kunci Ekonomi Informasi:
1. High fixed cost, low variable cost. Biaya pertama untuk mencipta suatu produk teknologi informasi (copy pertama) biasanya mahal. Tetapi biaya untuk memperbanyaknya sangat murah.
Misalnya, biaya untuk membuat sebuah film Hollywood seperti Titanic bisa mencapai ratusan juta dollar. Tetapi, begitu sudah dimasukkan dalam format VCD/DVD, biaya mengcopy, memperbanyak, atau membajaknya amat murah. Hal sama berlaku untuk perangkat lunak komputer, seperti Windows XP, MS Word, dan sebagainya. Anda bisa memperoleh DVD bajakan film Titanic di Glodok dengan harga Rp 6.000, atau CD bajakan berisi Windows XP seharga Rp 35.000.
2. Versioning and price discrimination. Karena prinsip high fixed cost, low variable cost yang sudah diuraikan di atas, penetapan harga berdasarkan biaya (cost) yang biasa tidak berlaku untuk barang informasi, karena biaya per satuannya sudah mendekati nol. Karena itu, barang informasi dinilai menurut nilai sang konsumen, bukan menurut biaya produksi. Karena orang memberi nilai yang berbeda terhadap suatu informasi yang sama, maka muncul berbagai versi barang informasi, untuk segmen-segmen pasar yang berbeda, yang akan membayar harga yang berbeda untuk versi-versi yang berbeda.
Misalnya: Penerbit buku Harry Potter menjual versi hardcover seharga US$ 24, dan beberapa bulan kemudian menjual buku yang sama tapi edisi softcover dengan harga US$ 16. Konsumen yang tidak sabar, rela membayar lebih mahal untk membaca lebih dulu. Sedangkan konsumen yang mau menghemat dan bersabar, menunggu beberapa bulan untuk membeli buku Harry Potter dengan versi softcover yang jauh lebih murah.
3. Lock-in, switching. Sekali kita memilih satu produk teknologi informasi, sering kali kita seperti terkunci (lock in), karena akan sulit pindah ke produk teknologi informasi lain (dari perusahaan yang berbeda). Untuk pindah (switch) ke sistem lain, mungkin biayanya akan terlalu mahal, karena investasi yang sudah ditanam sebelumnya akan terbuang.
Misalnya, pengguna perangkat lunak buatan Apple (MacIntosh) sulit beralih ke Microsoft Windows karena problem kompatibilitas. File-file MacIntosh tidak bisa dibaca di Windows. Artinya, jika mau pindah ke Windows, berapa biaya yang dibutuhkan untuk mentransfer ribuan file komputer ke sistem operasi baru tersebut?
Contoh lain: Pada tahun 1970-an, videotape recorder versi Betamax sangat populer di Indonesia, karena masuk ke pasar Indonesia lebih dulu. Sedangkan videotape recorder versi VHS, yang amat populer di Amerika, justru kurang banyak beredar di Indonesia. Pengguna Betamax akan sulit pindah ke VHS, karena beda format kasetnya. Kalau nekad mau pindah ke VHS, koleksi kaset Betamax yang sudah terlanjur dibeli dan dimiliki, akan tersia-sia.
4. Network effects. Nilai suatu produk tergantung juga pada luas jaringan (network) pengguna yang sudah memanfaatkannya. Makin luas dan makin besar jaringan itu, nilainya makin tinggi.
Misalnya, pengguna mobil Toyota Kijang, yang termasuk mobil paling populer di Indonesia, diuntungkan oleh luasnya persediaan suku-cadang dan montir yang bisa mereparasinya di seluruh Indonesia. Bahkan suku cadang imitasinya yang lebih murah juga banyak. Ini memberi nilai lebih pada Toyota Kijang, ketimbang mobil KIA buatan Korea, misalnya. Kalau anda mau pergi ke luar kota dan daerah terpencil, dan takut ada kerusakan mobil di jalan, mobil apa yang Anda pilih untuk digunakan? Jelas, Anda merasa lebih aman naik Toyota Kijang daripada mobil KIA.
Prinsip yang sama berlaku untuk barang informasi, seperti perangkat lunak, kamera digital, mesin photocopy, fax, dan printer. Pengguna printer HP (Hewlett-Packard), yang paling banyak digunakan di Indonesia, lebih mudah membeli toner atau tintanya di mana-mana, ketimbang produk printer buatan Brother, misalnya
EKONOMI INFORMASI ATAU INFORMASI DIGITAL?
Terdapat argumentasi yang beragam berkaitan dengan istilah ekonomi informasi, istilah ini seringkali juga dipertukarkan dengan istilah ekonomi digital. Kling & Lamb (2008) berargumen bahwa ekonomi informasi dan ekonomi digital memiliki konsep yang berbeda, sementara itu ada juga yang berpendapat bahwa ekonomi digal dan ekonomi informasi adalah dua hal yang dapat dipersamakan, dan ekonomi digital memiliki konsep yang lebih luas karena didalamnya juga tercakup ekonomi informasi (Mutula 2009)
Ekonomi digital secara spesifik merujuk kepada perubahan secara menyeluruh dari semua sektor ekonomi yang disebabkan oleh digitalisasi informasi yang dilakukan oleh komputer (Brynjolfsson & Kahin 2000). Ekonomi digital dapat didefinisikan sebagai penggunaan secara luas (pervasif) terhadap teknologi informasi yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunas, aplikasi dan telokomunikasi dalam setiap aspek perekonomian yang meliputi opearsi internal organisasi (bisnis, pemerintahan dan nirlaba); transaksi antar organisasi dan transaksi antara individu, yang dapat bertindak baik sebagai konsumen, masyarakat maupun organisasi (Malecki & Moriset 2008). Ekonomi digital meliputi barang dan jasa yang di dalam proses pengembangan, produksi, penjualan dan penyediannya memiliki ketergantungan yang erat dengan teknologi digital, kontras dengan pengertian diatas, ekonomi informasi melingkupi semua barang dan jasa informasi yang dapat berupa publikasi, hiburan, riset, hukum, jasa asuransi, dan pengajaran dalam berbagai bentuk (Kling & Lamb 2008).
Komoditas utama dalam ekonomi digital adalah pengetahuan dan informasi. Konsekuensinya, managemen pengetahuan (knowledge management) dan pengelolaan informasi (information processing) merupakan aktivitas yang amat penting dalam ekonomi digital (Mutula 2009). Dalam perkembangan bisnis saat ini, setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengelola berbagai informasi dan pengetahuan tersebut sehingga menjadi suatu aset yang berharga dalam rangka mencapai keunggulan kompetitif (Teece 2003). Ada dua faktor penting yang sangat menentukan pencapaian kesuksesan dalam ekonomi digital yaitu kreatifitas individu dan teknologi informasi. Kesuksesan dalam ekonomi digital sangat bertumpu pada kemampuan individu untuk selalu melakukan inovasi-inovasi secara konstan dan berkelanjutan, sementara itu teknologi informasi berperan sebagai pemampu dan fasilitator dalam pengelolaan informasi dan managemen pengetahuan, sehingga proses-proses yang berlangsung dalam kreasi, manipulasi dan distribusi informasi dan pengetahuan tersebut menjadi lebih efisien dan efektif (Mutula 2009).
Ekonomi digital memiliki karakteristik yang amat berbeda dengan ekonomi industri, baik dari sisi aktivitas maupun produk yang diperdagangkan. Karakteristik ini antara lain globalisasi, digitisasi, virtualisasi, disintermediasi, reintermediasi (Mutula 2009; Turban et al. 2008). Perluasan pasar secara internasional merupakan suatu keharusan dalam ekonomi digital. Internet memungkinkan setiap perusahaan untuk menjangkau berbagai konsumen target di berbagai belahan dunia dengan cara yang cepat, mudah dan murah. Produk-produk dan jasa yang ditawarkan juga tidak harus berwujud fisik (tangible). Produk-produk informasi seperti buku tidak harus dijual dalam kemasan fisik, tetapi dapat juga dijual dalam bentuk buku elektronik (e-book) yang proses pendistribusiannya jauh lebih cepat dan murah. Hal yang sama juga terjadi dengan produk-produk informasi lainnya seperti musik, film, perangkat lunak, dsb. Teknologi informasi memberikan kemudahan dalam interaktivitas antar individu yang dapat berlangsung secara virtual. Proses bisnis dapat berjalan dengan cepat tanpa harus berada pada lokasi yang sama. Negosiasi bisnis dapat dilakukan melalui perangkat-perangkat teknologi informasi yang tersedia. Dengan demikian komunikasi akan menjadi lebih cepat, murah, efektif dan efisien tanpa terkendala ruang dan waktu. Selanjutnya, peran dari teknologi informasi dalam ekonomi digital adalah menyederhanakan proses bisnis. Transaksi-transaksi bisnis dapat dilakukan secara langsung antara penjual dengan pembeli tanpa harus melibatkan perantara dan pengecer. Namun demikian di sisi lainnya juga terjadi proses reintermediasi, seperti adanya jasa pencarian produk, perbandingan produk, pembayaran online, dsb. Disintermendiasi akan mengakibatkan efisiensi dari sisi biaya penjualan dan distribusi, sementara itu reintermediasi akan menciptakan peluang bisnis baru.
Komoditas utama yang diperdagangkan dalam struktur pasar ekonomi industri berupa barang-barang yang berwujud (tangible) sementara itu ekonomi baru atau ekonomi digital berupa barang-barang tak berwujud (intangible). Barang-barang tak berwujud berupa informasi ini memiliki karakteristik yang unik. Biaya yang diperlukan untuk menghasilkan barang informasi sangat mahal untuk proses produksi pertama kali, namun demikian akan menjadi sangat murah bahkan menjadi nol, ketika barang tersebut direproduksi. Distribusi produk-produk informasi juga dapat dilakukan dengan mudah dan murah. Produk informasi tidak memiliki sifat kelangkaan seperti yang dimiliki oleh produk berwujud, sehingga dapat diproduksi dan dikonsumsi dengan jumlah yang tidak terbatas. Pengelolaan hak kekayaan intelektual atas produk-produk informasi juga menjadi permasalahan yang kompleks bagi industri yang bergerak di sektor informasi.
Pengelolaan korporasi modern abad 21 saat ini didasarkan pada prinsip-prinsip:
1. segala sesuatu menjadi lebih murah (everything gets cheaper forever),
2. pengurangan biaya (cutting costs is the answer),
3. inovasi menghasilkan profit (innovation builds profits),
4. musuh utama adalah deflasi – bukan inflasi (deflation is the enemy–not inflation),
5. satu-satunya aset adalah sumber daya manusia (human capital is the only asset). (Business Week 2000).
Prinsip-prinsip ini hanya dapat dimungkinkan dengan adanya peran teknologi informasi. Konsep terintergrasi dari e-business yang diungkapkan oleh Holsaplle & Singh (2003) menyatakan bahwa peran teknologi informasi adalah sebagai perangkat yang memampukan dan memfasilitasi eksekusi aktivitas dalam berbagai rantai nilai, dan juga dalam mendukung pengambilan keputusan yang mendasari keputusan tersebut. Peran teknologi informasi dalam penciptaan revolusi digital, e-business di satu sisi menciptakan peluang-peluang baru yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan, namun di lain pihak juga memunculkan tantangan baru yang seperti produktivitas ekonomi, kekayaan intelektual, proteksi privasi, masalah etika dan penegakan hukum, dsb
a. Teori Ekonomi
Ilmu ekonomi menaruh perhatian besar terhadap kemampuan memberi penjelasan dan prediksi atas gejala-gejala yang diamati. Misalnya, mengapa bila harga suatu barang naik, permintaan terhadapnya cenderung menurun.
Selalukah demikian? Penjelasan dan prediksi ini berdasarkan teori-teori tertentu. Teori adalah pernyataan atau sekumpulan pernyataan tentang sebab-akibat, aksi-reaksi. Daya guna dan validitas sebuah teori diukur dari kemampuan dan keakuratannya menjelaskan dan memprediksi gejala-gejala yang diamati.
b. Model Ekonomi
Berdasarkan teori ekonomi, disusun model ekonomi yang merupakan pernyataan formal sebuah teori. Model ekonomi dapat dipresentasikan secara verbal (menggunakan kata-kata), diagramatis, dan matematis. Model yang baik tidak harus sulit, yang hanya dimengerti oleh para doktor/guru besar ekonomi. Model yang baik dilihat dari variabel yang digunakan. Variabel adalah ukuran yang nilainya dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari observasi ke observasi. Dalam memilih variabel-variabel untuk model, kita harus memperhatikan prinsip Ockam Razor, yaitu detail-detail yang tidak relevan sebaiknya dikeluarkan dari model.
Contoh model ekonomi yang baik adalah Model Siklus Lingkaran Kegiatan Ekonomi atau Circular Flow of Economic Activity di bawah ini. Model ini menjelaskan bahwa kesibukan pabrik-pabrik, antrian panjang pekerja dan aktivitas ekonomi di dunia nyata sebenarnya hanya merupakan proses pertukaran sumber daya yang dimiliki masyarakat (rumah tangga) dengan yang dimiliki sektor perusahaan (dunia usaha). Model ini dikatakan baik, sebab dengan menggunakan unsur-unsur sederhana kita mampu memahami dunia nyata.
Dari model Siklus lingkaran kegiatan ekonomi kita melihat interaksi sektor rumah tangga dan sektor perusahaan, sebagai berikut. :
Sektor rumah tangga memberikan faktor produksi yang dibutuhkan dunia usaha untuk produksi, salah satunya adalah kesediaan untuk bekerja (tenaga kerja). Terjadilah aliran penawaran faktor produksi (garis A). Atas faktor-faktor produksi yang diberikan, sektor perusahaan memberikan balas jasa, misalnya upah dan gaji, sehingga terjadilah aliran penerimaan sektor rumah tangga (garis B).
Faktor-faktor produksi yang dibeli sektor perusahaan diproses menjadi output berupa barang dan jasa, yang dijual ke sektor rumah tangga. Terjadilah arus barang dan jasa (Selain tenaga kerja, faktor-faktor produksi lainnya yang dimiliki sektor rumah tangga adalah modal (diberi balas jasa berupa bunga atau dividen), dan tanah (diberi sewa).
Sektor rumah tangga membeli barang yang ditawarkan sektor perusahaan dengan menggunakan pendapatan mereka, terjadilah arus konsumsi barang dan jasa yang merupakan arus pendapatan perusahaan (garis D).
c. Metode Deduktif dan Induktif
Dunia nyata merupakan titik awal analisis ekonomi. Ada dua metode analisis untuk mengambil kesimpulan tentang dunia nyata, yaitu metode deduktif dan metode induktif. Metode deduktif adalah metode pengambilan kesimpulan untuk hal-hal khusus berdasarkan kesimpulan yang bersifat umum. Misalnya secara umum disimpulkan bila harga suatu barang meningkat, permintaan terhadapnya menurun. Jadi, bila harga cabe meningkat maka permintaan terhadap cabe menurun.
Pada awalnya metodologi ilmu ekonomi adalah deduktif. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya metode ini tidak mampu lagi menjelaskan fenomena-fenomena ekonomi. Misalnya, berdasarkan teorinya Adam Smith (Klasik), perekonomian tidak akan pernah mengalami masalah besar dan berlarut-larut, karena ampuhnya mekanisme pasar. Tetapi Depresi Besar (Great Depression) yang melanda perekonomian dunia selama 1929-1933 mengubah kepercayaan itu. Metode deduktif patut dipertanyakan kembali. Sejak saat itu metode induktif (mengambil kesimpulan untuk hal-hal umum dari hal khusus), berkembang. Salah seorang ekonom yang dianggap merintis penggunaan metode induktif adalah John Maynard Keynes, ekonom Inggris yang menjadi bapak ilmu ekonomi makro. Dampak positif dari metode induktif adalah meningkatnya kegiatan penelitian ekonomi, yang telah menghasilkan pemahaman-pemahaman baru dalam ilmu ekonomi, baik mikroekonomi maupun makroekonomi.
d. Ceteris Paribus dan Fallacy of Composition
Model ekonomi merupakan penyederhanaan realitas ekonomi, karenanya memiliki keterbatasan. Keterbatasan itu tercermin dalam istilah ceteris paribus yang bermakna faktor-faktor lain dianggap tetap. Maksudnya, dalam analisis ekonomi (hubungan dua variabel), harus disadari bahwa kesimpulan yang ditarik berdasarkan asumsi variabel-variabel lain dianggap tidak berubah.
Misalnya, ketika menyimpulkan bahwa permintaan terhadap jasa transportasi Bus Antar-Kota akan turun jika harga tiketnya naik, didasarkan pada asumsi bahwa harga tiket jasa transportasi alternatif (kereta api) tidak berubah. Bila harga tiket kereta api juga naik, kesimpulannya belum tentu sama.
Istilah fallacy of composition memiliki pengertian apa yang baik dalam skala kecil belum tentu baik dalam skala besar (keseluruhan). Misalnya hidup hemat sangat baik bagi individu, tetapi jika seluruh individu hidup hemat, maka permintaan agregat rendah dan pertumbuhan ekonomi pun rendah.
e. Ekonomi Positif dan Ekonomi Normatif
Dalam menjalankan tugas keilmuannya, ekonom Bering membandingkan dunia nyata dengan dunia ideal. Ketika mengamati kondisi nyata, pendekatan yang dilakukan adalah ekonomi positif (positive economics). Pernyataan positif menerangkan tentang hal-hal yang akan terjadi dalam ekonomi. Oleh karena itu kebenaran pernyataan tersebut dapat dilihat dengan membandingkan isi pernyataan itu dengan peristiwa yang sebenarnya terjadi. Pernyataan: "Apabila produksi semen turun maka harganya akan naik" adalah contoh pernyataan positif.
Ekonom melihat apa yang terjadi dengan setiap kebijakan ekonomi yang dijalankan. Misalnya, ketika pemerintah memutuskan untuk melindungi industri mobil dalam negeri dengan penetapan tarif yang sangat tinggi, pemberian hak monopoli dan pembebasan pajak, para ekonom dapat melihat dampak positif dan negatifnya terhadap konsumen dalam negeri, penerimaan pemerintah dan efisiensi industri mobil.
Dalam membuat analisis tersebut ekonom tidak boleh mengambil sikap memihak. Bila ekonom mulai bertanya, bagaimana yang terbaik atau bagaimana yang seharusnya, maka yang digunakan adalah ekonomi normatif (normative economics).
Pengan demikian pernyataan normatif adalah suatu pandangan subjektif atau suatu value judgment. Pernyataan itu bukan mengemukakan pendapat mengenai keadaan yang akan terjadi tetapi mengenai apa yang sebaiknya harus terjadi. Pernyataan "Usaha menaikkan kesejahteraan masyarakat harus dilakukan dengan berusaha agar tambahan pendapatan dinikmati secara merata oleh seluruh penduduk" adalah contoh pernyataan normatif.